Menu

Mode Gelap

Internasional · 16 Agu 2024

Puluhan Warga Rohingya Tewas dalam Serangan Drone di Batas Myanmar


					Puluhan Warga Rohingya Tewas dalam Serangan Drone di Batas Myanmar Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Serangan pesawat tak berawak menargetkan komunitas Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar, menyebabkan banyak orang tewas, termasuk keluarga dan anak-anak.

Beberapa saksi menjelaskan, seperti dilansir Reuters, Sabtu (8/10), penyerangan tersebut memaksa para penyintas berjalan di antara tumpukan jenazah untuk mencari keluarganya.

Empat saksi mata, sebagian besar adalah pekerja dan diplomat, menggambarkan serangan pesawat tak berawak yang terjadi pada Senin (5/8) dan menargetkan keluarga Rohingya yang menunggu untuk berangkat ke perbatasan negara dengan Bangladesh.

Seorang wanita hamil tua dan putrinya yang berusia dua tahun termasuk di antara para korban.

Serangan tersebut merupakan serangan paling mematikan terhadap warga sipil dalam pertempuran antara pasukan junta dan pemberontak di negara bagian Rakhine dalam beberapa pekan terakhir.

Tiga saksi mengatakan kepada Reuters pada Jumat (9/8) bahwa Tentara Arakan bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun pihak militer menolaknya.

Angkatan bersenjata dan tentara Myanmar disebut-sebut saling menyalahkan. Reuters juga mengatakan pihaknya tidak dapat memastikan berapa banyak orang yang tewas dalam serangan itu atau apakah pihaknya bertanggung jawab secara independen atas insiden tersebut.

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan tumpukan jenazah berserakan di lantai tanah dengan tas dan ransel berserakan.

Tiga orang yang selamat mengatakan 200 orang tewas, dan seorang saksi lainnya mengatakan dia melihat sekitar 70 mayat.

Reuters menyebutkan lokasi dalam video tersebut berada di luar kota pesisir Maungdaw. Namun Reuters belum bisa memverifikasi secara independen di mana video itu dibuat.

Seorang saksi mengatakan Mohammed Eleyas, 35 tahun, istrinya yang sedang hamil tua, dan putrinya yang berusia dua tahun terluka dalam serangan itu dan kemudian meninggal.

Eleyas mengatakan kepada Reuters di sebuah kamp pengungsi di Bangladesh bahwa dia bersama istri dan anak-anaknya ketika pantai itu diserang.

“Saya mendengar banyak suara,” kata Eleyas.

Eleyas mengatakan dia berbaring di tanah untuk melindungi dirinya sendiri dan ketika dia bangun, dia menemukan istri dan putrinya terluka parah dan banyak kerabatnya tewas.

Sementara itu, saksi lain yang diidentifikasi bernama Shamsuddin, 28 tahun, mengatakan dia aman bersama istri dan anaknya yang baru lahir.

Juga di sebuah kamp pengungsi di Bangladesh, ia mengatakan bahwa setelah serangan itu, banyak orang meninggal dan “beberapa orang menangis kesakitan karena luka-luka mereka.”

MSF mengatakan kelompok bantuan tersebut merawat 39 orang yang menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh karena cedera terkait kekerasan, termasuk luka bakar dan luka tembak.

Beberapa pasien juga mengatakan mereka melihat orang-orang terjebak ketika mencoba mencari perahu untuk menyeberangi sungai.

Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan badan tersebut telah mengetahui kematian para pengungsi setelah dua kapal terbalik di Teluk Benggala.

Mereka juga mendengar laporan mengenai korban sipil di Maungdaw, namun tidak dapat memastikan jumlah atau keadaan sebenarnya.

(Reuters, tautan/hasil)

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Topan Shanshan Mendekat, Ribuan Warga Jepang Diminta Mengungsi

5 November 2024 - 16:15

Gadis 8 Tahun yang Hilang 19 Hari Ditemukan Tewas di Turki

4 November 2024 - 22:14

Zelensky Tiba di Singapura, Bersiap Pidato dalam Forum Keamanan

2 November 2024 - 16:14

Trending di Internasional