Jakarta, jurnalpijar.com —
Ribuan warga Israel ultra-Ortodoks melakukan protes di Yerusalem pada Minggu (30/6) menentang rencana perubahan usia wajib militer bagi siswa seminari Yahudi ultra-Ortodoks.
Mereka menentang perubahan usia perekrutan dari 26 tahun menjadi 21 tahun. Selama unjuk rasa, para pengunjuk rasa menyerang mobil menteri Israel dan bentrok dengan polisi.
Beberapa pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang kebijakan pemerintah.
“Kami akan mati dan tidak mendaftar,” kata salah satu poster pada rapat umum tersebut, seperti dikutip The Times of Israel.
Demonstran juga menyerang mobil Menteri Perumahan Israel Yitzhak Goldkonf dan pemimpin partai ultra-Ortodoks United Torah Judaism (UTJ).
Beberapa video telah dirilis menunjukkan pengunjuk rasa melemparkan batu dan memukul mobil.
Tak lama kemudian, mantan Menteri Kesehatan dan mantan Presiden UTJ Yaakov Liszman diserang saat melewati Yerusalem. Para pengunjuk rasa juga memecahkan kaca depan mobil.
Petugas bergegas menyelamatkan Leistman, namun mobil tersebut dilaporkan rusak.
Selain itu, pengunjuk rasa bentrok dengan polisi, memblokir jalan-jalan di Yerusalem, dan membakar sampah.
Pada malam hari situasi semakin tidak terkendali. Polisi kemudian menembakkan meriam air sigung berbau busuk untuk membubarkan massa.
Warga ultra-Ortodoks ini melakukan protes setelah Mahkamah Agung Israel memerintahkan negara tersebut untuk mewajibkan siswa dari seminari Yahudi ultra-Ortodoks untuk mengikuti wajib militer, Al Jazeera melaporkan.
Keputusan tersebut mendorong parlemen untuk menyusun rancangan undang-undang yang akan menurunkan usia pengecualian bagi siswa di seminari Yahudi ultra-Ortodoks dari 26 tahun menjadi 21 tahun.
Mereka juga dibuat marah oleh anggota parlemen United Torah Yudaism yang mendukung perubahan tersebut.
Perdebatan perekrutan telah dipicu sejak Oktober 2023 selama serangan militer Israel di Jalur Gaza. Operasi militer ini menewaskan lebih dari 37.700 warga Palestina. (isa/dna)
Tinggalkan Balasan